Bocah Gendeng

Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku, Senajan To Akeh Ngelmune Lamun Ora Ditangkarake Lan Ora Digunakake, Ngelmu Iku Tanpa Guna. Sugeng Midangetaken Kalian Nyruput ” KOPI TEH SUSU ” Masih Khas Asli Jawa Timur. No Telp, 081 330 403 439 atau Email : bimokukuponconoko@ymail.com. Nuwun.

Selasa, 06 Desember 2011

Siapakah Kanjeng Ratu Kidul Itu ...

Siapakah sesungguhnya Kanjeng Ratu Kidul itu? Benarkah ada dalam kesungguhannya, ataukah hanya dikenal dalam dongeng saja?



Pertanyaan ini pantas timbul, karena Kanjeng Ratu Kidul termasuk makhluk halus. Hidupnya di alam limunan (gaib), dansukar untuk dibuktikan dengan nyata. Pada umumnya oarang mengenalnya hanya dari tutur kata dan dari semua cerita atau kata orang ini, orang itu, bila dikumpulkan akan menjadi seperti berikut:

Menurut cerita umum, Kanjeng Ratu Kidul pada mudanya bernama Dewi Retna Suwida, seorang putri dari Pajajaran, anak Prabu Mundhingsari, dari istrinya yang bernama Dewi Sarwedi, cucu Sang Hyang Saranadi, cicit Raja siluman di Sigaluh.

Sang putri melarikan diri dari keraton dan bertapa di gunung Kombang. Selama bertapa ini sering nampak kekuatan gaibnya, dapat berganti rupa dari wanita menjadi pria atau sebaliknya. Sang putri wadat (tidak bersuami) dan menjadi ratu diantara makhluk halus seluruh pulau jawa. Istananya didasar samudra indonesia. Tidaklah mengherankan, karena sang putri memang mempunyai darah keturunan dari makhluk halus.

Diceritakan selanjutnya, bahwa setelah menjadi raru sang putri lalu mendapat julukan Kanjeng Ratu Kidul Kencanasari. Ada juga sementara orang yang menyebut Nyai Lara Kidul (di keraton surakarta sebutan Nyai Lara Kidul adalah untuk patihnya, bukan untuk Kanjeng Ratu Kidul sendiri). Malahan ada juga yang menyebutnya Nyira Kidul. Dan yang menyimpang lagi adalah: Bok Lara Mas Ratu Kidul. Kata “Lara” berasal dari “Rara”, yang berarti perawan (tidak kawin).

Dikisahkan, bahwa Dewi Retna Suwida yang cantiknya tanpa tanding itu menderita sakit budhug (lepra). Utuk mengobatinya harus mandi dan merendam diri didalam suatu telaga, di pinggir samudra. Konon pada suatu hari, tatkala akan membersihkan muka sang putri melihat bayangan mukanya di permukaan air. Terkejut karena melihat mukanya yang sudah rusak, sang putri lalu terjun kelaut dan tidak kembali lagi ke daratan, dan hilanglah sifat kemanusiaannya serta menjadi makhluk halus.

Ceritaa lain lagi menyebutkan bahwa sementara orang ada yang menamakannya Kanjeng Ratu Angin-angin. Sepanjang penelitian yang pernah dilakukan dapat disimpulakan bahwa Kanjeng Ratu Kidul tidaklah hanya menjadi ratu makhluk halus saja melainkan juga menjadi pujaan penduduk daerah pesisir pantai selatan, mulai darah Jogjakarta sampai dengan Banyuwangi.

Camat desa Paga menerangkan bahwa daerah pesisirnya mempunyai adat bersesaji ke samudra selatan untuk Nyi Rara Kidul. Sesajinya diatur didalam rumah kecil yang khusus dibuat untuk keperluan tersebut (sanggar). Juga pesisir selatan Lumajang setiap tahun mengadakan korban kambing untuknya dan orang pun banyak sekali yang datang.

Mr Welter, seorang warga belanda yang dahulu menjadi Wakil ketua Raad van Indie, menerangkan bahwa tatkala ia masih menjadi kontrolir di Kepanjen, pernah melihat upacara sesaji tahunan di Ngliyep, salah satu pesisir pantai selatan, Jawa timur, yang khusus diadakan untuk Nyai rara kidul. Ditunjukkannya gambar sebuah rumah kecil dengan bilik di dalamnya berisi tempat peraduan dengan sesaji punjungan untuk Nyai Rara Kidul.

Seorang perwira ALRI yang sering mengadakan latihan didaerah ngliyep menerangkan bahwa di pulau kecil sebelah timur ngliyep memang masih terdapat sebuah rumah kecil, tetapi kosong saja sekarang. Apakah rumah ini terlukis gambar Tuan Welter, belumlah dapat dipastikan.

Pengalaman seorang kenalan dari Malang menyebutkan bahwa pada tajun 1955 pernah ada serombongan oran-orang yang nenepi (pergi ke tempat-tempat sepi dan keramat) dipulau karang kecil, sebelah timur Ngliyep.

Seorang diantara mereka adalah gurunya. Dengan cara tanpa busana mereka bersemadi disitu. Apa yang kemudian terjadi ialah, bahwa sang guru mendapat kemben, tanpa diketahui dari siapa asalnya. Yang dapat diceritakannya ialah bahwa ia merasa melihat sebuah rumah emas yang lampunya bersinar-sinar terang sekali.

Dipacitan ada kepercayaan larangan untuk memakai pakaian berwarna hijau gadung (hijau lembayung), yang erat hubungannya dengan Nyai Rara Kidul. Bila ini dilanggar orang akan mendapat bencana. Ini di buktikan denga terjadinya suatu malapetaka yang menimpa suami-istri bangsa belanda beserta dua orang anaknya. Mereka bukan saja tidak percaya pada larangan tersebut, bahkan mengejek dan mencemoohkannya. Pergilah mereka kepantai dengan berpakaian serba hijau. Terjadilah sesuatu yang mengejutkan, karena tiba-tiba ombak besar datang dan dan kembalinya kelaut sambil menyambar keempat orang belanda tersebut.

Artikel 2

Di suatu masa, hiduplah seorang putri cantik bernama Kadita. Karena kecantikannya, ia pun dipanggil Dewi Srengenge yang berarti matahari yang indah. Dewi Srengenge adalah anak dari Raja Munding Wangi. Meskipun sang raja mempunyai seorang putri yang cantik, ia selalu bersedih karena sebenarnya ia selalu berharap mempunyai anak laki-laki. Raja pun kemudian menikah dengan Dewi Mutiara, dan mendapatkan putra dari perkimpoian tersebut. Maka, bahagialah sang raja.

Dewi Mutiara ingin agar kelak putranya itu menjadi raja, dan ia pun berusaha agar keinginannya itu terwujud. Kemudian Dewi Mutiara datang menghadap raja, dan meminta agar sang raja menyuruh putrinya pergi dari istana. Sudah tentu raja menolak. “Sangat menggelikan. Saya tidak akan membiarkan siapapun yang ingin bertindak kasar pada putriku”, kata Raja Munding Wangi. Mendengar jawaban itu, Dewi Mutiara pun tersenyum dan berkata manis sampai raja tidak marah lagi kepadanya. Tapi walaupun demikian, dia tetap berniat mewujudkan keinginannya itu.

Pada pagi harinya, sebelum matahari terbit, Dewi Mutiara mengutus pembantunya untuk memanggil seorang dukun. Dia ingin sang dukun mengutuk Kadita, anak tirinya. “Aku ingin tubuhnya yang cantik penuh dengan kudis dan gatal-gatal. Bila engkau berhasil, maka aku akan memberikan suatu imbalan yang tak pernah kau bayangkan sebelumnya.” Sang dukun menuruti perintah sang ratu. Pada malam harinya, tubuh Kadita telah dipenuhi dengan kudis dan gatal-gatal. Ketika dia terbangun, dia menyadari tubuhnya berbau busuk dan dipenuhi dengan bisul. Puteri yang cantik itu pun menangis dan tak tahu harus berbuat apa.

Ketika Raja mendengar kabar itu, beliau menjadi sangat sedih dan mengundang banyak tabib untuk menyembuhkan penyakit putrinya. Beliau sadar bahwa penyakit putrinya itu tidak wajar, seseorang pasti telah mengutuk atau mengguna-gunainya. Masalah pun menjadi semakin rumit ketika Ratu Dewi Mutiara memaksanya untuk mengusir puterinya. “Puterimu akan mendatangkan kesialan bagi seluruh negeri,” kata Dewi Mutiara. Karena Raja tidak menginginkan puterinya menjadi gunjingan di seluruh negeri, akhirnya beliau terpaksa menyetujui usul Ratu Mutiara untuk mengirim putrinya ke luar dari negeri itu.

Puteri yang malang itu pun pergi sendirian, tanpa tahu kemana harus pergi. Dia hampir tidak dapat menangis lagi. Dia memang memiliki hati yang mulia. Dia tidak menyimpan dendam kepada ibu tirinya, malahan ia selalu meminta agar Tuhan mendampinginya dalam menanggung penderitaan..

Hampir tujuh hari dan tujuh malam dia berjalan sampai akhirnya tiba di Samudera Selatan. Dia memandang samudera itu. Airnya bersih dan jernih, tidak seperti samudera lainnya yang airnya biru atau hijau. Dia melompat ke dalam air dan berenang. Tiba-tiba, ketika air Samudera Selatan itu menyentuh kulitnya, mukjizat terjadi. Bisulnya lenyap dan tak ada tanda-tanda bahwa dia pernah kudisan atau gatal-gatal. Malahan, dia menjadi lebih cantik daripada sebelumnya. Bukan hanya itu, kini dia memiliki kuasa untuk memerintah seisi Samudera Selatan. Kini ia menjadi seorang peri yang disebut Nyi Roro Kidul atau Ratu Pantai Samudera Selatan yang hidup selamanya.

Kanjeng Ratu Kidul = Ratna Suwinda

Tersebut dalam Babad Tanah Jawi (abad ke-19), seorang pangeran dari Kerajaan Pajajaran, Joko Suruh, bertemu dengan seorang pertapa yang memerintahkan agar dia menemukan Kerajaan Majapahit di Jawa Timur. Karena sang pertapa adalah seorang wanita muda yang cantik, Joko Suruh pun jatuh cinta kepadanya. Tapi sang pertapa yang ternyata merupakan bibi dari Joko Suruh, bernama Ratna Suwida, menolak cintanya. Ketika muda, Ratna Suwida mengasingkan diri untuk bertapa di sebuah bukit. Kemudian ia pergi ke pantai selatan Jawa dan menjadi penguasa spiritual di sana. Ia berkata kepada pangeran, jika keturunan pangeran menjadi penguasa di kerajaan yang terletak di dekat Gunung Merapi, ia akan menikahi seluruh penguasa secara bergantian.

Generasi selanjutnya, Panembahan Senopati, pendiri Kerajaan Mataram Ke-2, mengasingkan diri ke Pantai Selatan, untuk mengumpulkan seluruh energinya, dalam upaya mempersiapkan kampanye militer melawan kerajaan utara. Meditasinya menarik perhatian Kanjeng Ratu Kidul dan dia berjanji untuk membantunya. Selama tiga hari dan tiga malam dia mempelajari rahasia perang dan pemerintahan, dan intrik-intrik cinta di istana bawah airnya, hingga akhirnya muncul dari Laut Parangkusumo, kini Yogyakarta Selatan. Sejak saat itu, Ratu Kidul dilaporkan berhubungan erat dengan keturunan Senopati yang berkuasa, dan sesajian dipersembahkan untuknya di tempat ini setiap tahun melalui perwakilan istana Solo dan Yogyakarta.

Begitulah dua buah kisah atau legenda mengenai Kanjeng Ratu Kidul, atau Nyi Roro Kidul, atau Ratu Pantai Selatan. Versi pertama diambil dari buku Cerita Rakyat dari Yogyakarta dan versi yang kedua terdapat dalam Babad Tanah Jawi. Kedua cerita tersebut memang berbeda, tapi anda jangan bingung. Anda tidak perlu pusing memilih, mana dari keduanya yang paling benar. Cerita-cerita di atas hanyalah sebuah pengatar bagi tulisan selanjutnya.

Kanjeng Ratu Kidul dan Keraton Yogyakarta

Percayakah anda dengan cerita tentang Kanjeng Ratu Kidul, atau Nyi Roro Kidul, atau Ratu Pantai Selatan? Sebagian dari anda mungkin akan berkata TIDAK. Tapi coba tanyakan kepada mereka yang hidup dalam zaman atau lingkungan Keraton Yogyakarta. Mereka yakin dengan kebenaran cerita ini. Kebenaran akan cerita Kanjeng Ratu Kidul memang masih tetap menjadi polemik. Tapi terlepas dari polemik tersebut, ada sebuah fenomena yang nyata, bahwa mitos Ratu Kidul memang memiliki relevansi dengan eksistensi Keraton Yogyakarta. Hubungan antara Kanjeng Ratu Kidul dengan Keraton Yogyakarta paling tidak tercantum dalam Babad Tanah Jawi (cerita tentang kanjeng Ratu Kidul di atas, versi kedua). Hubungan seperti apa yang terjalin di antara keduanya?

Y. Argo Twikromo dalam bukunya berjudul Ratu Kidul menyebutkan bahwa masyarakat adalah sebuah komunitas tradisi yang mementingkan keharmonisan, keselarasan dan keseimbangan hidup. Karena hidup ini tidak terlepas dari lingkungan alam sekitar, maka memfungsikan dan memaknai lingkungan alam sangat penting dilakukan.

Sebagai sebuah hubungan komunikasi timbal balik dengan lingkungan yang menurut masyarakat Jawa mempunyai kekuatan yang lebih kuat, masih menurut Twikromo, maka penggunaan simbol pun sering diaktualisasikan. Jika dihubungkan dengan makhluk halus, maka Javanisme mengenal penguasa makhluk halus seperti penguasa Gunung Merapi, penguasa Gunung Lawu, Kayangan nDelpin, dan Laut Selatan. Penguasa Laut Selatan inilah yang oleh orang Jawa disebut Kanjeng Ratu Kidul. Keempat penguasa tersebut mengitari Kesultanan Yogyakarta. Dan untuk mencapai keharmonisan, keselarasan dan keseimbangan dalam masyarakat, maka raja harus mengadakan komunikasi dengan “makhluk-makhluk halus” tersebut.

Menurut Twikromo, bagi raja Jawa berkomunikasi dengan Ratu Kidul adalah sebagai salah satu kekuatan batin dalam mengelola negara. Sebagai kekuatan datan kasat mata (tak terlihat oleh mata), Kanjeng Ratu Kidul harus dimintai restu dalam kegiatan sehari-hari untuk mendapatkan keselamatan dan ketenteraman.

Kepercayaan terhadap Ratu Kidul ini diaktualisasikan dengan baik. Pada kegiatan labuhan misalnya, sebuah upacara tradisional keraton yang dilaksanakan di tepi laut di selatan Yogyakarta, yang diadakan tiap ulang tahun Sri Sultan Hamengkubuwono, menurut perhitungan tahun Saka (tahun Jawa). Upacara ini bertujuan untuk kesejahteraan sultan dan masyarakat Yogyakarta.

Kepercayaan terhadap Kanjeng Ratu Kidul juga diwujudkan lewat tari Bedaya Lambangsari dan Bedaya Semang yang diselenggarakan untuk menghormati serta memperingati Sang Ratu. Bukti lainnya adalah dengan didirikannya sebuah bangunan di Komplek Taman Sari (Istana di Bawah Air), sekitar 1 km sebelah barat Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yang dinamakan Sumur Gumuling. Tempat ini diyakini sebagai tempat pertemuan sultan dengan Ratu Pantai Selatan, Kanjeng Ratu Kidul.

Penghayatan mitos Kanjeng Ratu Kidul tersebut tidak hanya diyakini dan dilaksanakan oleh pihak keraton saja, tapi juga oleh masyarakat pada umumnya di wilayah kesultanan. Salah satu buktinya adalah adanya kepercayaan bahwa jika orang hilang di Pantai Parangtritis, maka orang tersebut hilang karena “diambil” oleh sang Ratu.

Selain Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, mitos Kanjeng Ratu Kidul juga diyakini oleh saudara mereka, Keraton Surakarta Hadiningrat. Dalam Babad Tanah Jawi memang disebutkan bahwa Kanjeng Ratu Kidul pernah berjanji kepada Panembahan Senopati, penguasa pertama Kerajaan Mataram, untuk menjaga Kerajaan Mataram, para sultan, keluarga kerajaan, dan masyarakat dari malapetaka. Dan karena kedua keraton (Yogyakarta dan Surakarta) memiliki leluhur yang sama (Kerajaan Mataram), maka seperti halnya Keraton Yogyakarta, Keraton Surakarta juga melaksanakan berbagai bentuk penghayatan mereka kepada Kanjeng Ratu Kidul. Salah satunya adalah pementasan tari yang paling sakral di keraton, Bedoyo Ketawang, yang diselenggarakan setahun sekali pada saat peringatan hari penobatan para raja. Sembilan orang penari yang mengenakan pakaian tradisional pengantin Jawa mengundang Ratu Kidul untuk datang dan menikahi susuhunan, dan kabarnya sang Ratu kemudian secara gaib muncul dalam wujud penari kesepuluh yang nampak berkilauan.

Kepercayaan terhadap Ratu Kidul ternyata juga meluas sampai ke daerah Jawa Barat. Anda pasti pernah mendengar, bahwa ada sebuah kamar khusus (nomor 308) di lantai atas Samudera Beach Hotel, Pelabuhan Ratu, yang disajikan khusus untuk Ratu Kidul. Siapapun yang ingin bertemu dengan sang Ratu, bisa masuk ke ruangan ini, tapi harus melalui seorang perantara yang menyajikan persembahan buat sang Ratu. Pengkhususan kamar ini adalah salah satu simbol ‘gaib’ yang dipakai oleh mantan presiden Soekarno.

Sampai sekarang, di masa yang sangat modern ini, legenda Kanjeng Ratu Kidul, atau Nyi Roro Kidul, atau Ratu Pantai Selatan, adalah legenda yang paling spektakuler. Bahkan ketika anda membaca kisah ini, banyak orang dari Indonesia atau negara lain mengakui bahwa mereka telah bertemu ratu peri yang cantik mengenakan pakaian tradisional Jawa. Salah satu orang yang dikabarkan juga pernah menyaksikan secara langsung wujud sang Ratu adalah sang maestro pelukis Indonesia, (almarhum) Affandi. Pengalamannya itu kemudian ia tuangkan dalam sebuah lukisan. 
Hahaha ... podo gk weruhe aku, tulisane wong edian tapi sugih ... nuwun.

Kamis, 17 November 2011

Sedikit Arti Cublek-Cublek Suweng


Cublek Cublek Suweng... 
Siapa Yg Tidak Mendengar Lagu Ini Yg Khas Di Masa Kita Kecil, Kata “Cublek” Adalah Sebuah Kata Kebiasan Atau Idium Yg Digunakan Untuk Sebuah Permainan Saling Tebak, Sedang Kata Suweng Artinya Adalah Hiasan Di Telinga ( Bukan Anting-Anting Atau Giwang) Tapi ( Ayo Lah ) Bermain Tebak Tebakan
( Sebuah ) Informasi Yang Sangat Penting.

Suwenge Ting Gelenter...
Seperti Diatas Suweng Artinya Adalah Sebuah Informasi Yg Penting, Ting Gelenter Artinya Adalah Banyak Tersebar/Berserakan, Jadi Kalo Digabungkan Kedua Kata Tersebut Ditemukan Arti : Informasi Penting
( Ini ) ( Sebenarnya ) Tersebar Disegala Tempat. Suatu Contoh Doly Pasti Tahu Di Mana Dia Berada.

Mambu Ketundung Gudhel...
Mambu Artinya Adalah Tercium Atau Terdeteksi, Ketundung Artinya Adalah Diusir / Dihilangkan, Gudhel Artinya Adalah Anak Sapi, Cuman Saya Merasa Kata “Gudhel” Adalah Sebuah Kata" Idium Yang Mengartikan Orang Bodoh Atau Orang Yang Sok Tau Akan Tetapi Tidak Tau, Kenapa Koq Artinya Begitu ? Gudhel Adalah Anak Sapi, Sapi Adalah Hewan Yang Sangat Bermanfaat Khusus Nya Masyarakat Pertanian, Disamping Manfaat Susunya Daging Dan Tenaga Nya Biasanya Juga Dimanfaat Kan. 
Akan Tetapi “ Gudhel ” ... Memang Benar Adalah Anak Sapi ( Hewan Yang Sangat Bermanfaat ) Akan Tetapi Ketika Masih “ Gudhel ” ( Ketika Sapi Masih Kecil ) Sapi Kecil Tersebut, Taunya Cuman Makan Dan Bermain ( Masih Belum Bisa Dimanfaatkan Belum Keluar Susunya, Tenaganya Juga Masih Terlalu Kecil, Dagingnya Pun Masih Sedikit ). Jadi Arti Kata “ Mambu Ketundung Gudhel ”. 

Pak Empong Lera Lere...
Pak Empong Adalah Idium Kata Dari Dewasa / Kedewasaan, Sebab Artinya Empong Adalah Ompong Untuk Penyebutan Orang Yg Sudah Berumur, Sedang Disebut Pak Adalah Artinya Tua Yang Memiliki Arti Juga Sudah Menjadi Dewasa, Jadi Kata “Pak Ampong” Adalah Merujuk Pada Kata “Orang Yang Dewasa Dikarenakan Mempunyai Banyak Pengalaman” Kemudian Lera-Lere Artiya Adalah Menoleh Kanan Kiri Atau Memilih Milih. Jadi Kata “Pak Empong Lera Lere” Adalah "Orang Dewasa Yang Sudah Banyak Pengalaman ( Mencari Dengan ) Memilah Milih ( Secara Cermat )".

Sopo Ngguyu Ndelek Ake...
Artinya “ Siapa Yang Tertawa ( Pasti ) Menyembunyikan”, Memiliki Persamaan Arti Sama Seperti “ Siapa Yang Tertawa / Menertawakan Pasti Mengetahui  ( kebohongan ) Yang Ada” Atau Kalau Lebih Dipermudah Kalo Dibaca Akan Ketemu Kata Aeperti Ini “ Siapa Yang ( Mengetahui Pasti Akan ) (Ketika ) Mengetahui  ( kebohongan ) Yang Ada ”.

Sir, Sirpong Dele Kopong…
Kalo Kata “ Sir Pong Dele Kopong ” Kurang Lebih Artinya Emmm … Pong Adalah Sesuatu Hal Seperti Bola Yang Kosong Didalam Nya, Sedang Dele ( Kedelai ) Kopong Adalah Kedelai Yang Mengambang Diatas Air… Kalau Gak Salah Artinya Menjadi Seperti Ini… “ ( Sesuatu ) Yang Dianggap Besar Tersebut Sebenarnya Tidak Ada Isinya ” Atau Memiliki Persamaan Arti Dengan Ini ( Biar Nyambung Sama Kalimat" Terdahulunya, Sebab Ini Adalah Rangkaian Sebuah Tembang ) “ Informasi Yang Dianggap Benar Sekarang Ini, Sebenarnya Adalah Kebohongan ”.

Jadi Kalo Digabungkan Semua Katanya Dan Disusun Sesuai Susunan “ Tembang Cublak Cublak Suweng ” Membentuk Kalimat Seperti Ini :

- ( Ayo Lah ) Bermain Tebak Tebakan ( Sebuah ) Informasi Yang Sangat Penting.
- ( Sebenarnya) Informasi Penting ( Ini ) ( Sudah ) Tersebar Disegala Tempat.
- Contohnya Doly Tadi, Yg saya sebut Di Atas, ( Tetapi Ketahuilah ) Kalo Ketahuan - - ( Informasi Penting Ini ) Bakalan Diusir / Dihilangkan / Dirusak Oleh Orang-Orang -- Yang Tidak Mengerti ( Bodoh ) Orang Dewasa Yang Sudah Banyak Pengalaman ---- Ilmu ( Mencari Dengan ) Memilah Milih ( Secara Cermat ). Siapa Yang Mengetahui - Pasti Akan ) Tertawa / Menertawakan ( Ketika ) Mengetahui ( Kebohongan ).
- Informasi Yang Dianggap Benar ( Secara Umum ) Sekarang Ini Sebenarnya            
- Adalah Kebohongan. Informasi Yang Dianggap Benar ( Secara Umum ) Sekarang -- Ini Sebenarnya Adalah Kebohongan. Siapa Yang ( Mengetahui Pasti Akan )   
- Tertawa / Menertawakan ( Ketika ) Mengetahui ( Kebohongan ).

Salam Hormat Saya,
Ttd,


Dunia Bohong.

Selasa, 15 November 2011

Telaga Makrifat


Kenapa disebut mata ketiga? Bukankah mata kita hanya ada dua? Jawabannya akan kita telusuri pada malam Jumat Kliwon ini…


Mata ketiga sebenarnya adalah indera keenam manusia. Indera yang letaknya di antara dua mata kita. Persis di tengah kedua mata agak ke atas maju ke depan sekitar 20 sentimeter. Mata ketiga ini bukanlah mata fisik untuk melihat benda fisik. Mata ketiga ini adalah mata ruhani manusia. Siapa yang mampu memfungsikan mata ketiganya dengan baik, maka dia akan memiliki kecerdasan spiritual yang melahirkan kepekaan tinggi untuk merasakan setiap getaran atau vibrasi kegaiban. Itu sebanya kita diminta untuk sujud khusyuk. Kenapa sujud? Sujud adalah cara paling hebat untuk menghidupkan mata ketiga; yaitu menghilangkan “diri yang tidak sejati” di hadapan DIRI YANG MAHA SEJATI.

Fungsi mata ketiga pada diri manusia adalah agar dia mampu mengakses dan mengunduh petunjuk Tuhan Yang Maha Lembut. Secara umum, petunjuk Tuhan datang pada kita melalui tiga macam cara: Bisa disampaikan dalam mimpi, disampaikan oleh malaikat dan disampaikan dalam bentuk simbol-simbol. Ketiganya hal yang supranatural dan religius ini hanya bisa ditangkap bila kita sudah mampu menghidupkan indera keenam atau mata ketiga.

Mata ketiga akan mengantarkan kita pada percaya pada hal-hal gaib. Ini harus dimiliki oleh manusia agar mampu mengangkat dirinya dari derajat binatang. Mata ketiga adalah khas milik manusia, karena di mata ketiga ini tersimpan kebijaksanaan untuk memilih dimensi mana yang bisa dilihat dan mana yang tidak perlu dilihatnya. Suatu ketika, saat saya berada di tengah kuburan saya bisa mendengarkan rintihan dan keluhan para arwah yang disiksa di alam gaib. Itu karena saya berkeinginan untuk mendengarkan suara-suara mereka. Namun, bila kita tidak ingin mendengarkan suara-suara mengerikan itu, maka suara itu pun tidak akan terdengar. Inilah kebijaksanaan mata ketiga. Mata yang bisa secara otomatis untuk terbuka atau tertutup. Bila dirasa sebuah fenomena itu bermanfaat untuk perkembangan ruhani, maka mata ketiga akan terbuka. Sebaliknya, bila sebuah fenomena itu dirasa membahayakan ruhani kita, maka mata ketiga akan tertutup dengan sendirinya.

Mata ketiga adalah pelengkap unsur kemanusiaan sehingga manusia mampu melaksanaan pemujaan Realitas Yang Tertinggi, Yang Maha Sempurna tanpa cacat, tanpa batas, tanpa akhir yaitu Allah Yang Maha Agung. Mata ketiga adalah batin atau rasa sejati kita yang mampu mengantarkan kita pada keyakinan yang kokoh dan tanggul (Haqqul Yakin) karena benar-benar mampu tidak hanya yakin tanpa dasar, tapi bisa menyaksikan Tuhan, dan mengalami kemahadekatan-Nya.

Mata ketiga secara hakiki adalah alat untuk menangkap pengetahuan yang berupa Nur (khasanah Jawa dinamakan ilmu sejati) yang diinstalkan Tuhan kepada manusia yang bersedia untuk mendayagunakan dan mempersiapkan mata ketiganya. Kehebatan manusia tidak diukur dari seberapa baik dia mendayagunakan emosi dan akalnya, melainkan pada bagaimana dia mengolah mata ketiganya untuk mendapatkan ilmu hakikat segala yang ada ini. Kemajuan pengembangan mata ketiga, akan mendorong terciptanya keinginan pada diri kita untuk melakukan hidup berdasarkan atas kehendak Tuhan, mampu menekan ego bahkan menghilangkannya.

Cara bekerjanya Mata Ketiga tidak seperti cara bekerjanya akal. Akal cenderung aktif mengakses informasi padahal tidak selamanya informasi itu diperlukan. Bahkan tidak jarang justeru malah membingungkan dan menyesatkan. Memang informasi diperlukan untuk memecahkan problem jika informasi itu sejalan dengan problem yang dihadapi. Tetapi, jika informasi itu sangat banyak kita akan dibuat bingung untuk memilah dan mencari kesimpulan.

Cara bekerjanya mata ketiga hanyalah pasif menunggu hidayah petunjuk atau Nur Ilahi. Dia hanya pasrah, ikhlas, sumeleh serta bersikap diam. Hasil pencerapan mata ketiga tidak disimpan di otak namun di qalbu atau hati nurani. Sehingga sangat tidak mungkin direkayasa oleh akal. Itu sebabnya, karena hasil pencerapan mata ketiga itu berada di hati nurani maka kebanyakan informasinya tidak mampu diakses oleh akal. Saat akal bertanya apa hasil pencerapan mata ketiga, maka mulut hanya mampu mengucapkan AKU TIDAK TAHU.

Ini sekedar kisah saya pribadi. Yaitu soal keinginan saya untuk bertemu dengan para nabi/rasul yang waskita di alam gaib. Namun, saat akan bertemu dan mewawancarainya pasti ada hambatan dan tantangan. Hati ini terasa belum siap untuk langsung mendapatkan anugerah Tuhan besar: bertemu dan mengungkapkan cinta saya pada mereka.

Hari demi hari, saya menumpuk-numpuk bekal untuk menjalani sebuah perjalanan mencari para kekasih Tuhan ini. Bekal yang paling utama adalah bekal kesiapan mental spiritual. Sebab perjumpaan dengan mereka membutuhkan kesiapan yang besar. Bagaimana tidak? Saya harus siap misalnya, bertemu Ibrahim AS dan diperintahkan untuk mengikuti jejaknya menyembelih anak. Atau bertemu Musa AS dan bisa jadi saya diperintahkan untuk mengingatkan penguasa agar kembali menyembah Tuhan, atau bertemu Isa AS dan saya diperintahkan untuk ‘menebus dosa’ umat manusia se jagad. Apakah saya siap?

Selain bekal kesiapan mental, saya harus pula membekali diri untuk menempuh perjalanan panjang mencari mereka. Jangan bayangkan perjalanan ini seperti kaum muda yang berkelana ke gunung-gunung, keliling dunia pakai mobil off road, mencakar-cakar dinding gua-gua yang penuh tanda, masuk ke pyramid membawa kamera dan bekal baju tahan dingin dan sebagainya.

Namun perjalanan untuk mencari para Utusan Allah terkasih ini sebenarnya bukanlah perjalanan mencari di luar diri. Sebaliknya, ini adalah perjalanan memasuki jagad gaib yang ada di dalam diri. Membuka selubung demi selubung, tabir demi tabir, lapis demi lapis yang menutupi pandangan mata batin agar terang benderang seluruh kasunyatan di jagad makrokosmos ini. Kenapa begitu?

Jawabnya: Para nabi sekarang sudah tidak ada di bumi dan berada di alam gaib, maka perjalanan mencari mereka adalah perjalanan memasuki pintu alam gaib yang sangat berbahaya. Selubung demi selubung itu kegaiban itu sebenarnya adalah sifat-sifat kemanusiaaan kita sendiri. Iri, dengki, sombong, takabur, sok tahu dan diganti dengan sifat sabar, ikhlas, pasrah dan seterusnya.

Saat kita mampu menepis sifat-sifat tersebut dari dalam diri kita, sesungguhnya kita sedang melakukan perjalanan mental menuju jagad gaib di dalam diri. Pada akhirnya, tampak sinar beraneka warna cemlorot bercahaya dari berbagai sudut kemudian menyatu dalam sinar putih yang akan memancar ke luar diri dalam bentuk sinar kebijaksanaan. Pada kesempatan yang sama, pintu kegaiban pun terbuka lebar untuk dimasuki oleh diri sejati kita. Mulai memasuki alam gaib yang paling rendah yang dihuni oleh makhluk halus beraneka rupa, memasuki alam gaib tingkatan para ruh yang suci, hingga alam suwung yang dihuni oleh para malaikat dan seterusnya memasuki alam gaib tersuci yang dihuni para kekasih Allah. Mereka ini adalah para wali, para nabi dan rasul. Termasuk segelintir para kekasih Allah yang sampai ke tingkat tertinggi pencapaian spiritual.

Akhirnya hari yang saya tunggu-tunggu itupun tiba…. Saat niat dan tekad sudah membulat, tak ada yang mampu menghalangi untuk bertemu dengan para kekasih Allah, pujaan hati. Saya pun bermeditasi menghilangkan ruang dan waktu, memasuki wilayah tersunyi di dalam bilik hati yang sepi:

Hening sejenak, saya dilemparkan ke bebatuan terjal. Jari-jari tangan saya mencengkeram bebatuan keras dan tajam itu. Di bawah kaki saya sekitar 20 meter, tampak ombak ganas lautan. Ya, saya berada di sebuah pantai yang tidak saya kenal sebelumnya. Konsentrasi harus sangat tinggi agar kaki tidak terpeleset. Pilihannya, meniti bebatuan terjal atau jatuh ke ombak samudra yang ganas.

Nafas saya tersengal, jari kaki dan tangan sedikit lelah. Namun semangat masih menyala. Saya merangkak perlahan ke atas. Licinnya bebatuan berlumut hijau terasa oleh jari-jari. Beberapa saat lamanya berjuang untuk hidup saya menemukan sebuah lorong gelap kecil. Ukurannya kurang lebih 30 sentimeter. Segera saya selamatkan diri dengan memasuki lorong lembab tersebut. Saat sudah semua bagian tubuh saya masuk ke lorong, saya terjerembab ke sebuah kedung. Celakanya, sebuah ular weling sebesar jempol kaki berada di depan wajah siap mematuk. Habis rasanya saya…

Saya hanya bisa pasrah menerima kematian…. Ternyata weling itu tidak jadi mematuk saya dan kemudian tiba-tiba dia melesat masuk tanah. Dia menjadi sekelebat bayangan putih samar tidak jelas. Saya kejar kelebat bayangan itu namun dia masuk lorong dengan kecepatan tinggi. Saya pun mengejarnya dengan kecepatan yang hampir mampu mendekati dia. TIba-tiba bayangan itu berhenti. Saya mendapat petunjuk inilah sesosok yang saya cari selama ini, Nabi Khidir (NK). Dengan nafas tersengal saya wongalus (WA) mewawancarainya

WA: Anda siapa?
NK: Aku tidak tahu
WA: Kok bisa Anda tidak tahu siapa Anda?
NK: Aku tidak mau bicara
WA: Ketidaktahuanmu dan ketertutupanmu membuatku penasaran. Kamu itu hamba Allah, sama seperti saya
NK: Kamu sok tahu
WA: Aku masih manusia normal jadi tidak boleh menghilangkan jati diriku. Diriku akan hancur bila aku meleburkan diri dalam kesatuan wujud
NK: kau tahu tentang kesatuan wujud?
WA: Sedikit. Tolong ajari aku tentang kesatuan wujud itu?
NK: Dengan apa engkau mengenal Tuhanmu? (NK balik bertanya ke saya. Terus terang awalnya saya tidak mampu untuk menangkap isyaratnya)
WA: Dengan pancaindera, akal dan hatiku
NK: Kamu masih bodoh
WA: Memang begitu keadaanku, ajari aku dengan apa aku mengenal Tuhanku?
NK: ARAFTU RABBII RABBII!!!
WA: Berarti aku mengenal Tuhanku melalui Tuhanku, kalau kamu bagaimana kau mengenal Tuhanmu?
NK: Aku tidak tahu.
WA: Tolong berikan aku petunjuk kalau salah menafsirkan. Bahwa ketidaktahuanmu berarti ketidakmampuanmu menjangkau sesuatu yang memang tidak terjangkau. Itulah kadar keterjangkauan manusia. Begitulah?
NK: Aku tidak tahu
WA: Aku tidak tahu juga terhadap semua jawabanmu…

Tiba-tiba NK yang sejak tadi hanya terlihat bayangan putih itu menghilang dan hanya tercium bau wangi yang saya belum pernah menghirupnya. Saya kemudian bersujud dan berkali kali mengucapkan Allah A’lam (Allah Yang Maha Mengetahui). Ya, setelah saya bertemu dengan NK ini saya benar-benar mendapatkan ilmu tentang tidak mengetahui apa-apa itu.

Saat itulah NK hadir lagi dan mengatakan kepada saya: “Aku mengijinkanmu untuk menyampaikan kisah dariku dengan syarat engkau harus berkata AKU TIDAK TAHU MENYANGKUT APA YANG ENGKAU TIDAK KETAHUI DAN TETAP TEKUN BELAJAR”

NK tadi pun mengakhiri pengajarannya: “Tahukah engkau kenapa aku tidak menjawab pertanyaan-pertanyaanmu dengan tidak tahu? Tahukah kau apa yang sesungguhnya kau kehendaki dari pertanyaanmu itu? Sesungguhnya, kau ingin menjadikan punggungku jembatan api neraka…. “

Kini, di malam Jumat Kliwon ini saya membaca perlahan ayat Al Qur’an: “Allah Maha Mengetahui dan kamu tidak mengetahui” dan “Kamu tidak diberi pengetahuan kecuali sedikit” dan kemudian saya bolak balik hadits berikut ini: Nabi Muhammad sering tidak menjawab pertanyaan yang diajukan kepada beliau sebab beliau menunggu jawaban dari Allah SWT.

Saya memaknai pengajaran terakhir NK itu sebagai peringatan kepada kita semua: bila kita menggunakan akal maka akan berbahaya. Akal yang terus menerus menanyakan suatu rangkaian sebab akibat tidak akan pernah puas dengan satu jawaban. Akhirnya, waktu dan usia habis untuk permainan-permainan akal. Beda bila kita menggunakan MATA KETIGA; ruhani kita akan terpelihara, mulut bersih dari ucapan kotor dan sumpah serapah, bila beruntung maka bersyukur, bila diuji maka akan bersabar, bila berdosa akan beristighfar, bila bersalah akan menyesal dan bila dimaki akan tersenyum. Meski tidak punya harta, dia tetap bangga dengan kesederhanaan. Tubuhnya boleh gemetar menahan lapar tapi jiwanya setenang telaga makrifat.

Salam Kawilujengan Aruming Sesami, Nuwun.

Senin, 14 November 2011

Lebih Baik Hujan Emas di Negeri Sendiri daripada Hujan Batu di Negeri Orang

Pepatah, falsafah hidup, peribahasa atau apapun namannya ungkapan seperti lebih baik hujan batu di negeri sendiri daripada hujan emas di negeri orang, mangan ora mangan sing penting kumpul (jawa), right or wrong my country, biar lambat asal selamat, mikul dhuwur mendhem jeruh (jawa/agama), beramallah walaupun sedikit asal ikhlas (agama) adalah sebagaian dari ungkapan yang membawa kemunduran bangsa ini atau setidaknya tidak membuat orang maju.

Pepatah-pepatah itu sengaja diciptakan oleh kaum penjajah untuk memundurkan peradaban bangsa ini atau setidaknya meredam pemberontakan. Pepatah-pepatah tersebut sengaja diciptakan untuk melegitimasi kepemimpinan atas penderitaan rakyatnya. Seakan-akan kita diajak untuk bersabar atas keadaan dalam negeri (diri) dan mengamini kegagalan pemimpin dalam memajukan bangsanya.

Pepatah lebih baik hujan batu di negeri sendiri daripada hujan emas di negeri orang telah membuat bangsa kita hanya berkaca mata kuda. Rasa nasionalisme ditinggi-tinggikan dengan segala kekurangannya. Bangsa yang menutup diri peluang emas di negeri orang dan bangga hasil bumi dikeruk bangsa asing sehingga tinggal makan batu. Seiring dengan pepatah tersebut kita sering mendengar orang yang lagi sial diungkapkan dengan ’ nah kena batunya lho” atau tindakan Nazarudin Suapudin diungkapakn sebagi lempar batu sembunyi tangan.

Serumpun dengan pepatah di atas adalah mangan ora mangan sing penting kumpul. Di jaman sekarang pilihannya cuman dua. Mangan tapi nggak kumpul atau kumpul tapi ora mangan. Pepatah ini banyak digunakan sebagai senjata ampuh untuk menolak program transmigrasi di era orde baru. Jaman sekarang makan dan kumpul dengan mertua saja susah, apalagi tidak makan terus kumpul mertua. Suer makan hati deh...! hehehe ...

Kedua pepatah tersebut adalah momok bagi TKI. Tidak jarang nyali TKI kendur dengan ungkapan tersebut sehingga peluang berkebun emas dan memanennya demi negeri pertiwi akhirnya tergantikan oleh batu-batu jahanam. Masyarakat kita masih senang menolok-ngolok TKI dengan kedua ungkapan tersebut. Mereka bangga korupsi dan menajdi oknum di dalam negeri daripada mencarai rejeki yang halalan dan thoyiban walaupun di negeri orang.

Right or wrong my country adalah lebih parah lagi. Ini pepatah jelas-jelas untuk kepetingan pemerintah. Apapun yang dilakukan pemerintah (negara) rakyat harus mengamini. Budaya mengkritis kebijakan pemerintah dianggap tabu atau menyebar kebencian. Bisa-bisa dicap anti-pemerintah, kelompok kiri atau kanan, extrimis, tidak nasionalisme dan sejumlah sentimen negatif. Setali tiga uang  adalah mikul dhuwur mendhem jeruh. menjunjung tinggi prestasi pemimpin dan mengubur segala dosa dan kesalahan para pemimpin. Itulah kenapa negeri ini tidak pernah belajar dari sejarah kesalahan para pendahulu kita.

Dengan falsafah tersebut Suharto langgeng menjarah kekayaan bangsa ini selama 32 tahun dan kroninya kaya raya hingga 13 turunan (7 turunan terlalu sedikit). Kalau para keturunan pinter berinvestasi maka bisa kaya raya 100 turunan. Kalau saja para turunan hanya membelanjakan 1 dollar perhari seperti penghasilan orang kismin maka kaya raya 10000000 turunan. Silahkan menambahkan nol sesukanya bila dirasa kurang memuaskan.

Ungkapan seperti ‘biar lambat asal selamat’ membuat bangsa ini selalu ketinggalan kereta. Bersabar dan mengelus dada karena proyek-proyek kepentingan publik yang tidak selesai-selesai. Bersabar segala problema bangsa yang tidak terselesaikan dan alhirnya terkubur ingatan rakyat yang pendek. Bagaimana kita mau patuh pada falsafah ini sedangkan para sopir metromini saja tidak mau menggunakan ungkapan ini. Selamat tapi tekor untuk apa?, Selamat tapi tidak dapat setoran dan beli BBM untuk apa?, selamat tapi tidak bisa memebri makan anak bini untuk apa? selamat tapi tidak punya uang untuk malam mingguan untuk apa?

Ada lagi pepatah agama yang menjadikan orang pelit yaitu ‘beramal sedikit asal ikhlas. Falsafah ini membuat banyak pembangunan tempat ibadah, rumah belajar terbengkalai, fakir miskin menderita, orang miskin tidak mampu berobat dan anak-anak miskin putus sekolah.

Menurut hemat saya beramal yang buanyak walaupun tidak ikhlas akan terasa manfaatnya daripada beramal sedikit tapi ikhlas. Soal keikhlasan itu urusan anda dengan Tuhan. Demi kemanusiaan bantuan yg nilai nominalnya banyak manfaatnya langsung terasa. Contohnya, kita beramal seribu dan ikhlas sementara ada orang yang beramal satu milyar walaupun tidak ikhlas karena hasil korupsi. Nah, pembangunan akan selesai dengan uang seribu perak atau satu milyar? Di sinilah pentingnya kenapa kita lebih baik beramal banyak dan ikhlas.
Bukankah lebih baik kita mengungkapkan seperti:

* ‘Lebih baik hujan emas di negeri sendiri daripada hujan air di negeri orang. Yang
    biasa sajalah. Masak kita mendoakan suatu negeri hujan batu, nanti bisda
    benjol-benjol tuh kepala suatu kaum. Kalau hujan air paling-paling cuman banjir.

* ‘Biar cepat asal selamat’. Ini motto hidup yang harus dipegang. Kerja selamat
   dan cepat. Di era sekarang ini siapa sih yang mau lemot. Lemot akan tergerus
   oleh alam dengan sendirinya.

*’Right is my country and wrong is yours’. Tidak ada yang salah dengan negeriku,
   yang salah itu yang mengurus tidak mempunyai arah dan tujuan yang jelas.
   Tidak tegas menindak para tikus2 yang menggagalkan panen emas bangsa ini.

*Mangan, nyandang lan mapan tur tetep kumpul (satu)’. Ini adalah idaman setiap
  manusia. Bisa memenuhi kebutuhan primer dan sekunder dan tetap bersatu
  dengan keluarga dan lingkungan sekitarnya.

*’Mikul dhuwur sing becik lan mitudui yang olo (memuji kebaikan dan
  memberitahu kejelekan)’. Tidak ada manusia yang tak benbut salah. Denagn
  mngubur kesalahan kita tidak pernah mampu belajar dan bangkit menjadi bangsa
  yang besar. Kesalahan terbesar bangsa ini adalah salah memilih pemimpin.

*’Lebih baik beramal besar dan ikhlas daripada kecil dan tidak ikhlas’. Ini
  maknanya cukup jelas.

Salam Ungkapan.

Minggu, 13 November 2011

Pandelenge Wong Umum

Pandangan Masyarakat  
1. Pengantar