Bocah Gendeng

Ngelmu Iku Kelakone Kanthi Laku, Senajan To Akeh Ngelmune Lamun Ora Ditangkarake Lan Ora Digunakake, Ngelmu Iku Tanpa Guna. Sugeng Midangetaken Kalian Nyruput ” KOPI TEH SUSU ” Masih Khas Asli Jawa Timur. No Telp, 081 330 403 439 atau Email : bimokukuponconoko@ymail.com. Nuwun.

Rabu, 09 November 2011

KULIT NAFSUL MUTHMAINNAH (JIWA, DIRI YANG TENANG)...


 Dalam istilah agama Islam, ada sebuah sifat jiwa (diri) yang disebut dengan JIWA YANG TENANG (Nafsul Muthmainnah). CIRI-CIRI Nafsul Muthmainnah ini hanya sederhana saja, yaitu pada Nafs ini tiada lagi rasa kekhawatiran dan tiada kesedihan padanya (la khaufun 'alaihim wala hum yah zanun). Siapa saja dapat merasakannya. Realitas suasana diri yang bersifat universal ini kalau dibahasakan secara populer adalah, bahwa pada diri itu, otaknya tidak lagi dihantam oleh gelombang badai fikirannya, dadanya tidak lagi dihantam oleh galaunya perasaannya. Ya..., otak sang diri ini sudah tidak lagi terkotak-kotak dalam berbagai persepsi yang sangat beragam dari orang ke orang, dan dada sang diri itu juga sudah tidak bergolak lagi dengan berbagai amukan perasaan baik perasaan senang maupun perasaan susah.



Ada diantara kita yang bisa sampai pada suasana otak dan dada yang tenang ini saja sebenarnya sudah sangat bagus sekali. Karena banyak juga diantara kita yang mengaku-ngaku sudah beragama, tapi fikiran dan dada kita masih dipenuhi oleh badai fikiran dan amukan rasa sehingga kita sibuk sendiri dengan apa-apa yang kita fikirkan dan rasakan itu.



Karena suasana jiwa yang tenang itu adalah sebuah sunatullah, atau bisa juga disebut sebagai hukum positif yang diturunkan oleh Sang Pencipta kepada seluruh umat manusia, maka semua manusia juga akan bisa mendapatkannya. Ya…, SEMUA manusia, tak tergantung pada agama dan suku bangsa, akan mampu meraih suasana otak dan dada yang tenang itu. Karena manusia ini diciptakan Tuhan memang beragam, maka cara untuk mendapatkan ketenangan otak dan dada itu juga bisa bermacam-macam. Boleh dikatakan cara untuk mendapatkan jiwa yang tenang itu akan sama banyaknya dengan jumlah manusia itu sendiri. Tak terbatas.



Salah satu cara yang dianggap orang dapat menciptakan sensasi rasa tenang itu adalah dengan cara meyakini, bahkan sampai benar-benar mengalami, apa yang dinamakan oleh pemraktek reiki, taichi, yoga, dan meditasi lainnya itu dengan proses terbukanya CAKRA MAHKOTA, begitu juga CAKRA DADA. Proses terbukanya cakra-cakra utama (mayor) ini ternyata memunculkan fenomena-fenomena, dimana pemrakteknya seperti mampu merasakan dirinya lepas dari sensasi ketubuhannya dan kemudian berubah menjadi sensasi alam semesta. Terbukanya Cakra Mahkota, diyakini orang bisa menimbulkan sensasi keluasan otak yang akan membuat otak itu menjadi tenang. Seperti juga halnya sensasi keluasan dan kelapangan dada yang dipercaya orang dapat muncul dengan telah bersihnya Cakra Dada.



Pasal apakah dengan terbukanya Cakra Mahkota akan mempermudah orang untuk nyambung ke Allah, seperti pertanyaan Pak Rizki, saya tidak dapat menjawabnya. Karena tentang Allah ini setiap agama bahkan setiap orang punya persepsi sendiri-sendiri. Tentang Allah ini, setiap orang mempunyai hubungan yang sangat pribadi sekali dengan-Nya. Sangat pribadi sekali. Hal ini akan saya kupas lebih pada uraian “Kulit Sang Aku Diri”.



Akan tetapi, Cakra Mahkota yang sudah terbuka boleh jadi memang dapat mempercepat hilangnya badai fikiran di otak kita. Begitu juga dengan terbukanya Cakra Dada yang akan mengurangi amukan berbagai perasaan. Boleh jadi pula orang yang telah mendapatkan keluasan dan ketenangan fikiran dan dada itu dapat lebih mudah untuk menjadi manusia universal.



Dari sekian banyak metoda itu, lalu ada beberapa metoda yang menonjol. Ya…, wajar saja !!!. Karena di atas awan memang masih ada awan. Beberapa metoda yang menonjol itu lalu dipasarkan oleh pemrakteknya ke penjuru dunia. Dengan berbagai nama. Setiap nama itu mempunyai ciri khasnya sendiri-sendiri. Siapa tahu ada yang maunyobain juga. Nah…, metoda-metoda yang sudah kita bahas di atas tadi adalah beberapa contoh saja diantara metoda-metoda yang ada.



Bahkan dalam agama Islam, selain praktek tarekat di atas, masih banyak metoda-metoda lainnya yang bisa dipakai. Misalnya puasa, zakat, sedekah, haji, yang tujuannya adalah untuk mengolah diri (tadzkiyatunnafs) agar bisa menjadi tenang. Shalat pun ternyata tujuannya adalah untuk membawa peshalat kepada suasana jiwa yang tenang itu, sehingga sang jiwa itu bisa tercegah dari badai fikiran dan rasa, yang dalam istilah agamanya disebut sebagai: “si peshalat bisa tercegah dari perbuatan yang keji dan mungkar”.



Jadi dalam semua praktek-praktek agama (agama apa saja) maupun praktek pengolahan dan penyucian diri yang begitu beragamnya itu, pada tatanan DIRI (NAFS) itu sendiri akan mempunyai dampak yang hampir sama. Semuanya menawarkan cara-cara untuk mencapai ketenangan diri, yang realitasnya adalah lepasnya sang diri dari jebakan badai fikiran di otaknya dan amukan perasaan di dadanya. Ya…, semua masih berada di kulit nafsul muthmainnah saja sebenarnya. Jadi barangkali wajar saja kalau ada yang orang memilih agama tertentu (bahkan sampai ada yang mau bertukar agama) atau memilih praktek pengolahan diri tertentu karena dia mampu merasakan MANFAAT dari apa-apa yang dia praktekkan dalam agama atau pengolahan dirinya itu.



Tapi kemudian muncul lagi pertanyaan. Setelah diri itu tenang, lalu diri itu mau diapain…???. Dan buat apa agama ini sebenarnya…???.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar